Piramida Gunung Sadahurip, Benarkah?

- 04.25
advertise here

Rumor adanya bangunan piramida di dalam Gunung Lalakon dan Sadahurip membuat penasaran sejumlah pakar geologi di Bandung. Sejak tahun lalu mereka ikut meneliti di lokasi dan mengkaji sejarah pembentukan kedua gunung tersebut. Hasilnya, mereka yakin kedua gunung itu terbentuk alami, bukan berisi piramida ciptaan manusia.

Menurut pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sujatmiko, berdasarkan kajian geologi ia sudah bisa memastikan dalam dua jam: Gunung Lalakon dan Sadahurip tidak berisi piramida. "Itu gunung api kecil berbentuk limas atau piramida, tapi bukan piramida," ujarnya di Auditorium Museum Geologi Bandung, Jumat, 3 Februari 2012.

Menurutnya, tak perlu menggali tubuh gunung untuk membuktikan, melainkan cukup dari morfologi. Batuan di kedua gunung tersebut sebagian besar merupakan andesit atau batu belah. Pada singkapan batuan, kata Sujatmiko, tidak ada kandungan mineralnya. "Tidak ada batu mulia atau emas di sana," kata dia.

Ia mempertanyakan dugaan adanya penimbunan batu atau bronjong oleh manusia zaman dulu untuk menutupi piramida. Sebab, batunya berukuran besar-besar. "Bagaimana mengangkutnya? Pakai helikopter?" ujarnya.

Gunung Lalakon berada di daerah Soreang, Kabupaten Bandung. Sedangkan Gunung Sadahurip berada di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Yayasan Turangga Seta, kata Sukatmiko, mengklaim kedua gunung tersebut berisi piramida. Selain dari bentuknya yang agak mirip dari sisi tertentu, yayasan itu juga mengajak para ahli kebumian dari Bandung untuk membuktikan piramida tersebut.

Peneliti dari Pusat Survei Geologi Sutikno Bronto menyatakan kedua gunung tersebut merupakan gunung api purba. Batuannya tersusun oleh andesit piroksen yang merupakan batuan intrusi semi gunung api. Bentuk kerucut dan piramida pada gunung disebabkan oleh energi dan volume magma saat menerobos kulit Bumi, zona lemah terobosan, serta proses geomorfis setelah batuan tersingkap.

Peneliti utama dari Balai Arkeologi Bandung Lutfi Yondri juga mengatakan tak ada jejak artefak atau peninggalan buatan manusia di kedua gunung tersebut. "Di Indonesia tidak ada budaya piramida, kecuali punden berundak," ujarnya.

Adapun pakar gempa dari Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan para ilmuwan harusnya mengumpulkan bukti yang kuat dulu sebelum membuat kesimpulan. Ia mencontohkan kasus penemuan fosil manusia purba di Gua Pawon yang sebelumnya tak dipercaya Balai Arkeologi. Menurut peneliti yang ikut penggalian bukti piramida di kedua gunung tersebut, masih ada yang belum terungkap soal gunung piramida itu, sehingga menimbulkan kontroversi.

Kabar mengenai peninggalan bersejarah di Gunung Sadahurip di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, seperti bangunan piramida, tidak dapat dibuktikan."Gunung Sadahurip yang berbentuk menyerupai piramida itu terbentuk secara alami, jadi tidak bisa dikatakan kalau di dalam Gunung Sadahurip memendam piramida peninggalan sejarah," kata Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Garut, Warjita, kepada wartawan, Rabu (1/2/2012).
Pernyataan Warjita tersebut berdasarkan laporan tim ahli geologi dan arkeologi dari ITB yang datang melakukan penelitian di Gunung Sadahurip beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, berdasarkan laporan yang diterima dari tim peneliti ITB, Gunung Sadahurip tidak memendam peninggalan bersejarah atau bangunan piramida yang disebut-sebut oleh Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief.
Menurut tim penelitian yang dipimpin oleh ahli geologi ITB, Sujatmiko, kata Warjita, Gunung Sadahurip yang membentuk mengerucut seperti piramida karena proses pembentukan alam dan tidak ada yang istimewa terbentuk oleh manusia.
"Terbentuk secara alami dan tidak bisa dikatakan kalau di dalam Gunung Sadahurip memendam piramida peninggalan sejarah," katanya.
Adanya pernyataan tim peneliti sebelumnya yang ditirukan oleh Staf Khusus Kepresidenan itu, kata Warjita, berdasarkan penilaian tim dari ITB menyayangkan langkah penelitian oleh tim sebelumnya yang menyalahi aturan.
Tim peneliti dari ITB, kata Warjita, menilai tim peneliti Gunung Sadahurip sebelumnya langsung melakukan pendeteksian pada lapisan tanah, tidak terlebih dahulu menempuh jalur historis dan tanda-tanda peninggalan sejarah sekitar gunung.
Apalagi dikaji dari sejarah di Indonesia, kata Warjita, tidak pernah mengenal adanya peradaban pembuatan piramida, kecuali mengenal dengan adanya punden berundak dan candi. "Langkah penelitian tim dari pusat pun sudah menyalahi prosedur penggalian benda-benda bersejarah. Dilihat historis di Indonesia tak pernah mengenal peradaban pembuatan piramida," katanya.
Advertisement
 

Start typing and press Enter to search